Ringkasan dokumen tersebut adalah: Go-Jek didirikan pada tahun 2010 sebagai perusahaan jasa transportasi berbasis mobile di Indonesia yang menyediakan layanan antar jemput penumpang, kurir, belanja, dan pembayaran secara digital. Go-Jek bermitra dengan pengendara ojek untuk menyediakan layanan tersebut melalui aplikasi seluler.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½YÝ�œ8iþá´í`c�¢•&Mr“�ÝL´Ñ=ÐiÒÍÐÐ}4\tÿýU•ÍGÍd¥ÀÎè±�]?Wýªp^Ü;/_¾¸{}ûÆñ_ü+)·Ž›–«ÏŸ¼_u^½yíüçúÊg>þE‘æŽï¨X1)œ(à,N•^_ýù§¼¾zõp}õâŸÜáÂyøv}…K}‡;"–LJGûðVà<°èÝ'ílO°¯³¥§È>½»¾úâ¾òV½yåÜÞzÿvÞ__½…}¿¾úY9¤ô™äC9èx{ª3ïa
PT Gojek Indonesia dimulai dengan satu layanan transportasi, yakni dengan ojek online. Namun sekarang, sudah ada lebih dari 20 produk dan layanan, yang terbagi dalam lima kategori, yakni sebagai berikut:
Legalitas ojek daring
Munculnya ojek daring sebagai salah satu transportasi umum juga menuai pro dan kontra dari aspek hukum. Secara tradisional, ojek memang sudah menjadi salah satu pilihan transportasi umum masyarakat di Indonesia meski keberadaannya tidak diakui secara hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), kendaraan roda dua tidak termasuk sebagai sarana transportasi umum.[69] Karena alasan itulah Kementerian Perhubungan yang pada saat itu dijabat Ignasius Jonan sempat melarang beroperasinya ojek daring pada 9 November 2015, meski larangan itu hanya berlaku selama kurang lebih 12 jam.[70]
Larangan yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan Nomor UM.3012/1/21/Phb/2015 itu langsung mendapatkan protes keras dari pengguna ojek daring. Lebih dari 12 ribu orang menandatangi petisi daring untuk memprotes kebijakan Kemenhub tersebut.[71] Presiden Joko Widodo yang mendengar kabar tersebut, memanggil Ignasius Jonan ke Istana. Setelah pemanggilan tersebut, keputusan melarang ojek daring pun dibatalkan.
Menjamurnya penggunaan layanan Gojek di Jabodetabek membuat perusahaan layanan transportasi pemesanan taksi asal Singapura, Grab, juga turut meluncurkan layanan pemesanan ojek yang bernama GrabBike.[72] Layanan tersebut diluncurkan pada bulan Mei 2015.[72]
yang sedang/pernah/akan beroperasi di Indonesia
Hanya berisi nama-nama ojek daring yang sudah dikenal/notable di Indonesia.
Yayasan Anak Bangsa Bisa
Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) adalah organisasi non-profit yang didirikan oleh Gojek untuk membantu para mitra mereka yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Pendanaan untuk yayasan yang mulai beroperasi pada bulan Maret 2020 ini berasal dari sebagian gaji tahunan tim manajemen senior Gojek dan anggaran kenaikan gaji seluruh karyawan Gojek.[64]
Sebuah riset Diarsipkan 2019-11-26 di Wayback Machine. yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebut Gojek telah memberi kontribusi Rp8,2 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra pengemudi. Gojek juga berkontribusi Rp1,7 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra UMKM. Penelitian yang melibatkan 3.315 responden di 9 wilayah tersebut menunjukkan rata-rata penghasilan mitra pengemudi mencapai Rp3,31 juta lebih tinggi dari UMK 9 wilayah itu yang hanya Rp2,8 juta.[65]
Gojek telah tersedia di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Thailand secara resmi pada tanggal 25 Juni 2018. Di sisi lain, Gojek kini telah tersedia di 167 kabupaten dan kota di Indonesia,[66] 2 kota di Vietnam dan 14 distrik di Bangkok,[67] Thailand.
Menjamurnya penggunaan jasa Gojek membuat adanya kecemburuan di antara tukang ojek pangkalan. Pada tanggal 9 Juni 2015 seseorang dalam akun Path menuliskan insiden bahwa pengemudi Gojek yang dipesannya diusir oleh tukang ojek pangkalan di Kuningan, Jakarta Selatan yang tidak terima rezekinya dirampas.[68] Dua kali dia memanggil sopir Gojek, dua kali pula pengemudi Gojek lari karena takut dipukuli tukang ojek pangkalan. Akhirnya dia naik ojek pangkalan dengan tarif jauh lebih mahal dibanding tarif sopir Gojek. Sekadar diketahui, tarif ojek Gojek lebih pasti karena ditentukan lewat aplikasi sehingga tidak perlu tawar-menawar.[68]
Anak Bangsa Bisa Foundation
Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB)/ Anak Bangsa Bisa Foundation is a non-profit organization founded by Gojek to advance equal opportunities and help build more sustainable livelihoods for those who rely on daily income. Established in March 2020 during the onset of COVID-19 pandemic, the initial funding of the foundation was from 25% of annual salary of Gojek senior management team and the budgeted salary increases for all Gojek employees in 2020.[76]
In December 2019, due to stagnant growth, Gojek announced plan to discontinue most of its lifestyle services operating under its Golife brand. GoLaundry and GoDaily services discontinued on 31 December 2019, while GoFix, GoGlam and Service Marketplace services discontinued by mid-January 2020. Gojek still retained GoClean and GoMassage by that time where 90% of lifestyle services order come from.[77] Due to effect of the COVID-19 pandemic on its business, Gojek further discontinued all of its lifestyle services that was still left, namely GoClean and GoMassage, on 27 July 2020. Gojek also discontinued GoFood Festival around the same time period.[78][79]
Gojek operates in many large and medium-size Indonesian cities,[80] and also in rural areas within Indonesia;
Gojek launched its ride-hailing service in Singapore on 10 January 2019 as part of "an enhancement of its beta phase". Its president, Andre Soelistyo, said that it is committed to "bringing choice back to the ride-hailing market in Singapore".[81] In February 2019, Gojek Singapore appointed management consultant and mountain climber Lien Choong Luen as the GM of its Singapore operations.
Gojek has an office in Singapore, with data science and engineering capabilities,[82] and Bangalore, India, which was created with the acquisitions of C42 and CodeIgnition, and focuses on product, engineering and design.[83]
In May 2018, Gojek announced investing $500 million in its international expansion strategy to Vietnam, Thailand, Singapore and the Philippines, starting with ride-hailing, then further replicating the multiple-service business model in Indonesia.[84] These companies will be run by local founding teams, with Gojek providing technological support and expertise.[28][85]
Transport & Logistik
a. GoRide. GoRide merupakan layanan transportasi dengan sepeda motor alias ojek.
b. GoCar. GoCar adalah layanan transportasi dengan mobil.
c. GoSend. GoSend adalah layanan pengiriman barang secara instan dengan cakupan wilayah dalam kota.
d. GoBox. GoBox adalah layanan pengiriman barang dalam jumlah besar dengan menggunakan kendaraan roda empat. Tidak seperti gosend, layanan ini tidak menerapkan jarak maksimal. Mengirim barang bisa lebih dari 100 KM pada area layanan GoBox. Wilayah GoBox antara lain Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Palembang, Balikpapan., Makassar, Malang, Solo, Karawang, Tasikmalaya, Serang, dan Cirebon.
e. GoBlueBird. Ini adalah layanan pemesanan taksi Blue Bird. Lewat GoBlueBird, pelanggan bisa mengakses puluhan ribu armada Blue Bird di seluruh Indonesia.
a. GoPay. GoPay adalah dompet digital serba bisa, mulai dari transaksi cepat untuk semua layanan Gojek dan ratusan Rekan Usaha, hingga mengirim atau menerima uang dengan mudah, semua bebas dilakukan bersama GoPay.
b. GoTagihan. GoTagihan adalah layanan untuk membayar agihan air, BPJS, gas, internet, listrik, tv kabel.
c. GoPayLater. GoPayLater dari Findaya adalah metode pembayaran yang merupakan bagian dari GoTo Financial. Segala urusan mulai dari bayar tagihan, beli makanan sampai pakaian, semua bisa kamu penuhi di layanan Gojek, Tokopedia hingga Rekan Usaha GoPay online, dan offline kapan aja bayarnya abis gajian.
d. GoGive. GoGive adalah layanan yang memungkinkan pelanggan untuk menyalurkan bantuannya.
e. GoSure. GoSure adalah produk asuransi barang-barang.
f. GoInvestasi. GoInvestasi adalah cara termurah dan termudah untuk berinvestasi dan membangun kebiasaan menabung.
g. GoCorp. GoCorp adalah layanan yang memudahkan perusahaan untuk memberikan fasilitas transportasi karyawan melalui aplikasi Gojek yang dapat dikelola limit pemakaiannya. Mode transportasi dengan jutaan mitra pengemudi GoCar, GoCar Protect+ dan GoRide siap melayani kebutuhan mobilitas karyawan.
Akuisisi dan investasi
Dalam upaya melakukan pengembangan aplikasinya, Gojek mengakuisisi beberapa perusahaan di India dan membuka kantor di Bengaluru, sebuah daerah yang terkenal sebagai "Silicon Valley-nya India".[24] Hubungan Gojek dengan India bermula pada April 2015, saat Gojek menyewa C42 Engineering, sebuah perusahaan rekayasa perangkat lunak selama dua bulan di Jakarta untuk membereskan kekutu (bug) dalam aplikasi mereka.[24] Hubungan ini tercipta berkat Sequoia Capital yang merupakan salah satu investor Gojek.
Februari 2016, Gojek akhirnya mengakuisisi C42 Engineering beserta CodeIgnition, perusahaan pengembangan aplikasi di New Delhi yang sebelumnya juga pernah bekerja untuk Gojek.[25] Kedua perusahaan teknologi ini ditugaskan membantu meningkatkan sistem IT untuk menanggulangi jumlah pengguna yang makin banyak.[26] Pada saat itu, pertumbuhan Gojek melaju dengan cepat. Jumlah pengunduh aplikasinya mencapai 11 juta dengan 200 ribu sopir Gojek. Pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2016 Gojek mengakusisi Pianta, sebuah startup lokal di India yang menyediakan layanan kesehatan seperti terapi fisik, perawat, hingga pengumpulan sampel untuk pemeriksaan di laboratorium.[27] Menutup tahun 2016, Gojek mengakuisisi startup keempatnya di India yaitu LeftShift, perusahaan yang bergerak di bidang aplikasi Android, iOS, dan situs internet.[28]
Gojek tidak ingin berhenti hanya sebagai perusahaan transportasi berbasis daring, namun bertransformasi sebagai sebuah perusahaan financial technology (fintech) melalui GoPay.[29] Pada akhir tahun 2016 Gojek mengakuisisi Ponselpay, sebuah perusahaan keuangan milik MVComerce yang telah memiliki lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia.[30] Gojek membutuhkan lisensi tersebut guna mengembangkan GoPay yang telah mereka kembangkan untuk menjadi e-money.[31][32]
Pada 15 Desember 2017, Gojek mengumumkan akuisisinya terhadap tiga perusahaan financial technology yaitu Kartuku, Midtrans, dan Mapan untuk mendukung ekspansi GoPay di luar ekosistem Gojek.[33] Kartuku merupakan sebuah perusahaan Pemroses Pihak Ketiga atau Third Party Processor (TPP) dan Penyedia Layanan Pembayaran (PSP).[34] Kartuku yang telah mengoperasikan lebih dari 150 ribu alat pembayaran di gerai luring (offline) dan telah bekerja sama dengan sembilan bank acquirer ini, akan difokuskan untuk pengembangan penggunaan GoPay secara luring.[35]
Midtrans adalah salah satu perusahaan penyedia jasa pemrosesan pembayaran secara daring yang telah menjalin kemitraan dengan bank-bank di Indonesia, maskapai penerbangan, retail e-commerce, dan perusahaan-perusahaan fintech.[36] Sementara Mapan adalah jaringan layanan keuangan berbasis komunitas yang memungkinkan penggunanya mencicil barang yang mereka ingin beli dalam katalog barang Arisan Mapan.[34][36] Mapan yang telah tersedia di 100 kota tersebut difokuskan oleh Gojek untuk mengakselerasi inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbanked).[37]
Pada 8 Agustus 2017, Gojek mengakuisisi LOKET, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event management & ticketing.[38] LOKET menghadirkan layanan pemesanan tiket secara daring, sampai menyediakan gelang RFID untuk pengunjung acara.[39] Langkah ini diambil Gojek untuk mendorong perkembangan fitur penjualan tiket bioskop dan acara yang telah mereka miliki melalui GO-TIX.[39]
Pada tahun 2018, setelah sukses berekspansi ke Vietnam Gojek memperluas jaringan bisnisnya ke sektor periklanan. Kali ini, Gojek mengakuisisi Promogo, sebuah layanan pemasangan iklan di kendaraan pada September 2018.[40][41] Pada tahun 2018 pula tepatnya pada bulan Agustus, Gojek mengonfirmasi kehadiran Goventures yang merupakan unit permodalan dari Gojek.[42] Hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh pesaing terdekatnya, Grab, yang telah memiliki Grab Ventures. Pasca mengumumkan kehadiran Goventures, Gojek memberi suntikan dana kepada Kumparan, sebuah startup media daring yang berdiri sejak tahun 2016 dengan nilai investasi yang tidak disebutkan.[43]
Januari 2019, Gojek mengakuisisi mayoritas saham Coins.ph, startup fintech asal Filipina senilai US$72 juta atau setara dengan Rp1 triliun.[44] Coins.ph merupakan fintech berbasis blockchain yang memiliki layanan dompet digital. Mereka telah memiliki lebih dari 100 ribu merchant yang menerima pembayaran via Coins.ph. Juli 2019, Gojek dikabarkan telah menyuntikkan dana sebesar US$5 juta atau sekitar Rp70 miliar pada startup bernama Rebel Foods di India.[45] Rebel Foods merupakan startup "cloud kitchen" yang menjalankan pengantaran makanan dari ribuan restoran.[46] Pasca mendapatkan suntikan dana dari Gojek, Rebel Foods juga dikabarkan akan menyiapkan bisnisnya di Indonesia. Pada September, Gojek menyalurkan dana sebesar US$3 juta atau sekitar Rp42 miliar pada perusahaan fintech Pluang yang sebelumnya bernama EmasDigi.[47]
Pada 24 Mei 2018, Gojek mengumumkan kepastiannya untuk berekspansi ke empat negara di Asia Tenggara yaitu Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. Gojek mengaku menyiapkan dana sebesar USD500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya tersebut.[48] Sebulan kemudian tepatnya pada 25 Juni 2018, Gojek memperkenalkan GO-Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai bagian dari ekspansinya.[49]
Selain tidak menggunakan nama mereknya seperti yang dilakukan Uber atau Grab, Gojek juga lebih memilih menggandeng tim lokal untuk menjalankan layanannya di luar negeri dan memberi kekuatan penuh untuk menetapkan kebijakan sesuai dengan karakteristik masing-masing negara.[50] Namun, mereka tetap mendapatkan dukungan teknologi, pengetahuan operasional, dan pendanaan dari Gojek. Sementara itu, kedua perusahaan tersebut berperan memberikan pengetahuan tentang kondisi pasar lokal.
Pada 12 September 2018, GoViet secara resmi diluncurkan di Vietnam setelah sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Chi Minh sejak 1 Agustus 2018.[51][52] Pemilihan Vietnam sebagai negara pertama dari rencana ekspansi Gojek bukannya tanpa alasan. Negara ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 107 juta orang dengan penetrasi internetnya sekitar 54%.[53][54] GoViet dipimpin oleh Duc Nguyen yang pernah bekerja pada Uber sebagai International Launcher untuk membantu melakukan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik pasokan, integrasi pembayaran, hubungan masyarakat, dan rekrutmen.[55]
Setelah sukses di Vietnam dan Thailand, Gojek mulai memasuki pangsa pasar Singapura. Secara resmi, Gojek memulai debutnya di Singapura pada 29 November 2018 dalam versi beta di wilayah terbatas yang mencakup Central Business District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio, dan Sentosa.[56] Pada 10 Januari 2019, Gojek resmi beroperasi secara menyeluruh di wilayah Singapura.[57] Di sana, Gojek tidak menjalankan layanan GoRide lantaran Pemerintah Singapura tidak mengizinkan penggunaan sepeda motor untuk transportasi umum.[56] Hingga akhir tahun 2019, Singapura merupakan pasar terbesar kedua Gojek setelah Indonesia yang melayani lebih dari 30 juta perjalanan sejak memasuki negara tersebut.[58]
Gojek mengumumkan kerja sama dengan perusahaan taksi Blue Bird pada Mei 2016.[59] Melalui kerja sama tersebut, Gojek membuatkan aplikasi untuk pengemudi Blue Bird dan mulai Januari 2017 pengemudi Blue Bird bisa menerima pemesanan dari layanan Gocar milik Gojek.[59] Pada Maret 2017, kedua perusahaan tersebut meningkatkan kerja samanya dengan meluncurkan fitur GO-Blue Bird. Melalui fitur tersebut, pengguna bisa langsung memesan taksi Blue Bird di aplikasi Gojek, tidak akan mendapatkan mitra pengemudi lain seperti ketika melalui Gocar. Di Singapura, Gojek juga menjalin kerjasama dengan layanan taksi lokal bernama Trans-Cab.[58]
Pada akhir Juli 2019, Gojek mengumumkan kerja sama dengan Astra untuk melakukan uji coba motor listrik sebagai kendaraan pengemudi Gojek.[60] Langkah ini diklaim sebagai dukungan kedua perusahaan untuk gaya hidup ramah lingkungan. Sebelumnya, Gojek dan Astra juga mengumumkan kerja sama membentuk layanan GO-Fleet yang menyediakan kendaraan baru, layanan perawatan, hingga perbaikan di bengkel resmi Astra bagi mitra pengemudi Gocar.[61] GO-Fleet yang berdiri di bawah naungan PT Solusi Mobilitas Bangsa ini juga melakukan monetisasi melalui iklan pada badan kendaraan Gocar. Mitra pengemudi nantinya akan mendapat insentif dari pemasangan iklan ini. Sementara kompetitor utama Gojek, yaitu Grab sudah melakukan hal ini sejak beberapa tahun sebelumnya melalui kerja sama dengan Stickearn.[62]
Pada 22 Juli 2019, Gojek meluncurkan logo dan cara penulisan korporasi baru. Ikon barunya, yang dijuluki "Solv", melambangkan transformasi Gojek dari menjadi layanan ojek daring menjadi aplikasi super yang menyediakan berbagai cara cerdas untuk menghilangkan kerepotan. Sedangkan brand Gojek yang semula ditulis GO-JEK diganti dengan gojek saja tanpa ada tanda penghubung.
Fokus layanan Gojek tak lagi pada kendaraan roda dua. Inilah yang mendorong perusahaan itu untuk mengganti logonya. Jika dulu mereka menggunakan logo pengendara motor dengan ikon sinyal di atas helmnya, kini Gojek menggunakan logo yang jauh lebih sederhana.
Logo baru bernama Solv ini digambarkan dengan lingkaran tak sempurna dengan titik pada bagian tengah. Nama Solv sendiri diambil dari kata "Solve" yang artinya menyelesaikan. Gojek merasa, ini sesuai dengan misi mereka, yaitu menjadi "aplikasi super" yang bisa menyelesaikan berbagai masalah pelanggan.[63]
Desain Logo Klub Indonesia
Klub asal Bandung Jawa barat ini memang logonya mengadopsi dari logo milik pemerintah Kota Bandung. Hanya saja terdapat beberapa perubahan seperti dihilangkannya slogan Kota Bandung dan perisai yang dibuat sedikit melengkung.
Skuad berjuluk Maung Bandung ini memadukan warna antara kuning, hijau, putih, hitam, dan biru, saling melengkapi satu sama lain dengan penambahan angka 1933 sebagai pengenal tahun berdirinya klub.
Simbol-simbol sederhana dan bentuk logo Persib merupakan salah satu yang terbaik di antara logo-logo klub eks Perserikatan yang lain.
Klub yang berlaga dikasta kedua kompetisi Indonesia dan sebelumnya bernama Persires Rengat yang berdiri tahun 1962 ini memang bukan klub yang terbilang besar di Indonesia. Namun, Lampung Sakti mempunyai desain logo yang begitu menarik dan orisinil.
Menggunakan desain yang di dominasi warna biru dan dapat berarti klasik atau dewasa, terdapat maskot gajah didalamnya, gajah merupakan hewan paling terkenal di Lampung.
Meski tampak tidak bergairah, gajah tersebut digambar secara detail – tidak asal-asalan. Letak bola di dalam logo tersebut juga pas, di bagian belalai gajah, sebuah bagian tubuh yang biasanya digunakan gajah untuk unjuk kebolehan. Sebuah perpaduan antara tradisional dan modern.
Cilegon United yang saat ini berlaga di Liga 2 juga memiliki disain logo yang bagus dengan kesan elegan dan modern. Pemilihan jenis font dan simbol-simbol yang ada dirasa cocok untuk menggambarkan Cilegon dan sebuah klub sepak bola.
Meski mempunyai makna masing-masing, simbol-simbol yang terdapat di dalam logo tersebut juga mampu bagitu menyatu, mempunyai proporsi yang tidak berlebihan.
Klub asal Sumatera Selatan ini memang melakukan perubahan logo dari yang sebelumnya jauh lebih elegan saat itu juga SFC langsung menjuarai Liga Indonesia. Akan tetapi dalam logo tim berjuluk Laskar Wong Kito ini sekarang terlihat sangat orisinil, elegan dan modern jika dibandingkan dengan logo lamanya.
Dengan memadukan warna emas dan merah hati dalam desain logonya, gambar elang menyatu dengan lingkaran yang mengelilingi simbol Jembatan Ampera. Sesuai dengan tulisannya, “Sumatera Selatan Bersatu Teguh”, elang tersebut seperti menjadi pengayom masyarakat Sumatera Selatan, yang notabene home base Sriwijaya FC.
Sama seperti Persib Bandung dan klub eks Perserikatan lainnya, Persija Jakarta juga menggunakan logo pemerintah daerah. Namun klub berjuluk Macan Kemayoran ini hanya memodifikasinya dengan menambahkan lingkaran, garis putih-oranye dan tulisan Persija.
Dan ternyata modifikasi sederhana itu membuat logo Persija menjadi unik dan simpel jika dibandingkan dengan logo klub-klub berplat merah lainnya.
Pasca terjadi merger antara Persigo Gorontalo dengan Semeru FC yang merupakan klub asal Lumajang Jawa Timur, namanya pun berubah menjadi Persigo Semeru FC dan markasnya berpindah le Lumajang. Logo klub mereka pun diubah menjadi jauh lebih modern dan lebih bagus dari pada logo yang lama.
Terdapat simbol Gunung Semeru, bola, dan daun pisang. Simbol Gunung Semeru berada di tengah-atas, di bawah bola besar (tampak lebih besar daripada gunung) yang mempunyai makna talenta-talenta pesepakbola hebat dari Lumajang. Sementara itu simbol daun pisang berada di sebelah kiri dan kanannya. Kombinasi simbol yang cukup absurd dan ramai, namun di situlah letak menariknya.
Berstatus sebagai klub eks perserikatan, ternyata tak membuat Persis Solo menggunakan logo pemda sebagai logo klub. Namun dalam logo Persis malah terlihat orisinil dan elagan meski sederhana karena hanya mempunyai satu warna dominan yaitu merah.
Gambar lilin yang berdiri tegak di atasnya mempunyai arti bahwa Persis akan selalu menerangi masayarakat Solo dengan semangat yang menyala. Dan gambar 15 bintang yang melingkarinya mempunyai arti bahwa Persis Solo terbentuk dari 15 klub internal di kota Solo.
Dengan memadukan tiga warna putih, biru, dan kuning serta memadukan beberapa unsur dari Yogyakarta membuat logo PSIM Yogyakarta terlihat klasik dan vintage. Unsur Yogyakarta tersebut terdiri dari Tugu yang dibangun oleh Hamengkubuwono Pertama, bola sepak, sepasang sepatu bola, dan sepasang sayap.
Meski melakukan perubahan nama, namun tak membuat Borneo FC merubah logo lamanya yang unik dan memperlihatkan identitas dan ciri khas daerah. Secara sekilas, maskot dalam logo Borneo FC terlihat seperti seekor ikan lumba-lumba, tetapi jika dilihat secara mendalam maskot tersebut sebetulnya adalah ikan pesut, sejenis ikan di air tawar yang mirip dengan lumba-lumba yang berhabitat di Sungai Mahakam. Sebuah logo yang cukup menarik.
Klub sepak bola asal Batam dan berlaga di kasta ke-2 liga Indonesia ini bisa dikatakan sama seperti Borneo FC. Merger antara YSK 757 Karimun dan Bintang Jaya Asahan ini juga menggunakan ikan sebagai simbol utamanya.
Kepri Jaya FC dalam logonya mayoritas menggunakan warna kuning dan biru tua. Namun, di dalam maskot ikannya mereka menggunakan warna yang lebih kompleks, sehingga membuat ikan kakap itu tampak lebih hidup. Sebuah desain logo yang sangat menarik dan mirip logo klub olahraga modern di Amerika Serikat.
Itulah tadi sederet klub Liga Indonesia yang memiliki desain terbaik dengan berbagai macam makna yang terkandung didalamnya.
Untuk Info lebih lengkap silahkan hubungi admin kami di : 0856 0215 4485
klik logo whatsapp untuk live chat
Indonesian technology company
Gojek's current logo, nicknamed as "Solv", used since 13 December 2022
PT Gojek Indonesia (stylized in all lower case and stylized j as goȷek, formerly styled as GO-JEK) is an Indonesian on-demand multi-service platform and digital payment technology group based in Jakarta. Gojek was first established in Indonesia in 2009 as a call center to connect consumers to courier delivery and two-wheeled ride-hailing services. Gojek launched its application in 2015 with only four services: GoRide, GoSend, GoShop, and GoFood. Valued at US$10 billion today, Gojek has transformed into a super app, providing more than 20 services.[2][3]
Gojek operates in 5 countries: Indonesia, Vietnam, Singapore, Thailand, and the Philippines (through the acquisition of Coins.ph).[4][5][6][7][8] Gojek is the first Indonesian unicorn company[9] as well as the country's first "decacorn" company.[10] It is the only company in Southeast Asia that is included in Fortune's "50 Companies That Changed the World" in 2017 and 2019, ranked at 17 and 11, respectively.[11] As of June 2020, it has about 170 million users throughout Southeast Asia.[12]
On 17 May 2021, Gojek and Tokopedia announced the completion of their merger and established a new holding company, called GoTo.[13][14]
Gojek has won financial backing from investors including Astra International, Blibli, Google, Facebook, PayPal, Mitsubishi, Sequoia, Northstar Group, Temasek Holdings, KKR, Warburg Pincus, Visa, Parallon, Siam Commercial Bank, Tencent, JD.com, meituan.com, and Capital Group, among others.[15]
The name Gojek comes from the term “Ojek” or motorbike taxis[16] commonly found throughout Indonesia. It was founded in 2010 with 20 motorbike drivers.[17] Gojek app was launched in January 2015,[18] and in less than two years, the app racked up nearly 30 million downloads.[19] Gojek has partnered with Singapore's biggest bank DBS.[20]
Gojek was co-founded by Nadiem Makarim and Michaelangelo Moran. Nadiem, a native Indonesian, holds degrees from Brown University and Harvard Business School. He worked at McKinsey and Co. consulting for three years[21] before starting Gojek from a tiny call centre with only 20 ojek drivers, who later became recruiters.[22] As a loyal ojek user, Nadiem discovered that ojek drivers spend most of their times waiting for customers, while customers waste time walking around looking for an available ojek. Gojek was built to solve this problem, by providing a platform where drivers and riders can connect efficiently and allowing those drivers to improve their income.[23] The other co-founder and long time high school friend, Michaelangelo Moran, aside from serving as the company's Brand Director, is also known for designing the company's first iconic logo and branding the whole company.
As of May 2018, the app offers 18 services,[24] with 2 upcoming new services in the online content business,[25][26] which makes for a total of 20 on-demand services under one platform. Being an Indonesian-run startup played to Gojek's advantage in navigating the local regulatory environment, as well as understanding the local market. This enabled them to bundle features into its app that better suit both local drivers and local consumers.[27] Gojek recruited 100 new graduates in engineering domain from India in 2017.[28]
In 2020, the company launched GoStore, a solution that helps local micro, small, and medium-sized enterprises (MSMEs) set up online stores with ease.[29][30]
Gojek's journey in becoming a unicorn startup started in late-2014 when it secured its first financing round from NSI Ventures (now Openspace Ventures), the venture capital fund in the Northstar Group.[31] Due to rapid growth in early 2015, Gojek attracted additional investments from Sequoia India[32] and Northstar's private equity fund.[33]
After closing a round of funding in August 2016 that raised up to $550 million,[34] two of Indonesia's biggest companies, Astra International,[35] and Blibli.com, invested in Gojek.[36] International investors include tech giants such as American firm Google[37] and Chinese Tencent,[38] along with the global investment company Temasek.[39] A survey revealed Gojek as the most popular ride-hailing app in Indonesia.[40] The company is valued at about $5 billion as of February 2018,[41] which exceeds the total market cap of all transportation companies in Indonesia Stock Exchange (IDX).[42]
In May 2018, it was announced that Gojek is investing $500 million towards its international expansion strategy.[43] In January 2019, the startup closed another round of financing for $2 billion. The total valuation of the company reached $9.5 billion.[44]
In March 2020, Gojek announced it has received $1.2 Billion in funding for its Series F round. The valuation it was seeking for was U$10 Billion USD.[45]
In June 2020, Facebook's messaging platform WhatsApp and PayPal announced they had invested in Gojek as part of the ongoing fundraising round. The size and nature of the investments were not disclosed, but they were described as "meaningful".[46][47]
Awards and recognition
Gojek ranks number 17 in Fortune's 2017 list of "56 Companies that Changed the World,"[98] making it the only company from South East Asia to make the list.[99] In 2019 Gojek once again made it to Fortune's Top 50 Companies That Changed The World, and was the only Southeast Asian company to have been included twice in the list – leaping to number 11 out of 52 global companies.[100] Other international recognition includes Top Performer in ASEAN Award 2017,[101] Entrepreneur of The Year award from Ernst & Young,[102] and Superior Products and Services Awards 2016.[103]
National recognition includes The BrandZ Top 15 Most Valuable Indonesian Brands 2019,[104] Top 3 Brand Performer and Top 3 Most Powerful Transportation/Logistic brands,[105] Top 3 Netizen Choice in Online Transportation,[106] The Best Indonesia Mobile App 2015,[107] Best Startup Category Work Life Balance,[108] Indonesia's Most Admired CEO 2017,[109] and Most Creative in Solving Economic Challenges 2017.[110]
Gojek sponsored the Liga 1 from 2017 to 2018 (in 2017 with Traveloka).[111] Gojek also sponsored Persib Bandung from 2019.[112] Gojek is also one of the local sponsors of the 2023 FIBA Basketball World Cup, which was co-hosted by Indonesia.[113]
Gojek has more than 3,000 employees, including 210 engineers in its three Jakarta-based headquarters, a data science office in Singapore, and an engineering facility in India.[114] The company announced $500 million investment to expand in South East Asia, starting with ride-hailing service in 4 new countries mid-2018.[115] This expansion will add to their number of existing partners, which as of May 2018 includes a fleet of over 1,000,000 drivers, 125,000 merchants for Go-FOOD, and 30,000 professionals for their Go-MASSAGE, Go-GLAM, Go-CLEAN and Go-AUTO service.
Due to the pandemic, Gojek had to lay off 430 employees in June 2020.[116]
The Gojek headquarters in Jakarta revamped an old mall into a modern working space with a cinema, a playroom with arcade games and pool tables, as well as office cafes and nap rooms.[117][118][119]
Acquisitions and merger
The company's rapid growth triggered a chain of acquisitions and partnerships. In 2016, Gojek announced acquisition of two engineering startups based in India, C42 Engineering and CodeIgnition,[48] and established a development centre in Bangalore, India.[49] They also acquired Leftshift, an Indian mobile application developer,[50] and Pianta, an Indian home healthcare startup.[51]
In 2017, Gojek acquired Loket.com, one of Indonesia's biggest online ticket booking and event management system company.[52] In the same year, it acquired three large network fintech firm in Indonesia; Kartuku, Midtrans, and Mapan, in order to expand its payments business.[53][54]
In January 2019, Gojek acquired a majority stake in mobile wallet Coins.ph.[55] Gojek later sold its stake in Coins.ph in 2022 to former Binance chief financial offider Wei Zhou for $200 million.[56]
In June 2019, Gojek acquired AirCTO, an AI recruiting platform based in Bangalore, India.[57]
In March 2020, Gojek confirmed to acquire Moka, the leading SaaS Point of Sales provider in Indonesia. The talks had been in discussion since 2019 and finalized in March 2020.[58]
In December 2020, Gojek was reportedly in talks with Grab to combine their businesses in what would be the biggest Internet merger in southeast Asia.[59]
In February 2021, Gojek was reported to be close to a merger with Tokopedia, shortly before publicly listing in the U.S. and Indonesian stock markets.[60]
On 17 May 2021, Tokopedia and Gojek confirmed a merger with the establishment of a new entity, GoTo.[61] The establishment of GoTo would make it one of Southeast Asia's largest technology conglomerates.[62] GoTo's gross transaction volume (GTV) was over $22 billion in 2020, across more than 1.8 billion transactions.
In July 2021, AirAsia announced that the company will be acquiring Gojek's business in Thailand via an all-stock deal.[63] Upon the acquisition, Gojek will hold a 4.76% stake in AirAsia's superapp business.[64]
In 2016, it announced a collaboration with Blue Bird, a major Indonesian taxi company.[65] The same year it launched Go-Car, expanding ride-hailing from motorbike fleet to cars, and launched Go-Auto, providing on-demand mechanic services. By August 2016, it had become Indonesia's first online transportation system.[34]
In running their GPS, it partnered with Google Maps.[66] Other partnerships include entertainment; Google Play and MNC Vision. Bill Payment; AEON Credit Service & Suzuki Finance Indonesia. And the national electricity provider PLN, as well as the national health insurance BPJS Kesehatan.[67]
In February 2019, Garuda Indonesia CEO Ari Ashkara told Reuters that Garuda is in advanced discussions with Gojek for the delivery of products sold on Gojek across 17,000 Indonesian Islands.[68]
In August 2019, the Wall Street Journal reported that Gojek had held "preliminary talks" with Amazon on a partnership that would involve the retail giant making a sizable investment in Gojek to tap into the company's delivery infrastructure in order to expand Amazon's market reach in Indonesia.[69]
In September 2020, Gojek announced a partnership with Unilever. As part of this collaboration, Gojek partners with Unilever through the recently launched GoToko. GoToko is a B2B digital platform that connects micro, small and medium enterprises (MSMEs) in Indonesia with leading consumer goods companies. This cooperation allows MSME players to use GoToko to access a complete range of daily necessities products from various brands, including Unilever, at competitive prices and affordable shipping costs.[70]
A research study reports that the average income of full-time driver partners (Rp 3.48 million per month) is 1.25 times higher than the average minimum wage in Indonesia (Rp 2.8 million per month). The average income of driver partners (Rp 3.31 million) is higher than professional employees in general (Rp 3.10 million for transportation sector employees; Rp 2.34 million for industrial sector employees; Rp 2.66 million for staff employees).[71]
As per Temasek Digital's YouTube channel, Gojek has contributed an estimated Rp 9.9 trillion (US$732 million) annually to the Indonesian economy.[72]
Another research article reported that Gojek contributed Rp 8.2 trillion annually into the Indonesian economy through the income of driver partners, an additional Rp 138.6 billion per month are contributed into national economy since SME merchant partners join Go-Food, and Rp 1.7 trillion into Indonesian economy through the income of SME merchant partners.[73][74]
On 22 July 2019, Gojek unveiled a new logo. Its new icon, which nicknamed as "Solv", symbolized Gojek's transformation from being a ride-hailing service to become a super app that provides a variety of smart ways to eliminate hassles.[75]
Criticism and controversy
Gojek's rapid growth and market dominance in Indonesia have led to prominent media coverage, including criticism primarily stemming from conventional taxi and Ojek services.[120][121][122] Go-Jek was briefly banned from operations by the Ministry of Transportation, along with other ride-hailing services.[123] The ban was opposed by a huge number of Indonesians, mustering public support with the hashtag #SaveGojek that became a top trending topic on Twitter in Indonesia.[124] The ban was lifted the very same day[125] after President Joko Widodo criticized it, stating the government should not prohibit innovation and asserting the ban would adversely affect the lives of many Indonesians who rely on Gojek's services.[126] In October 2018, the Indonesian Minister of Transportation, Budi Karya Sumadi, applied a new rule for online taxis. PM 108 replaced the previous PM 26, regulating the use of private cars being used for public transportation.[127]
In March 2018, only weeks after the firm raised a new round of capital,[128] thousands of drivers showed up on foot along the road across the Presidential palace in a demonstration against the tariff, which was roughly 1600 rupiah (15 cents) per kilometer then.[129] The demand was continued in a future protest in January 2020, where the drivers demanded action from the Ministry of Transportation who had promised to evaluate the tariffs that were set by these firms. Drivers felt that these tariffs should be handled on a provincial level as each provincial government has the autonomy to set its own minimum wages.[130] One of the earliest demonstrations by Gojek drivers was back in 2015 when they protested in front of Gojek's first headquarter in Kemang, Jakarta, insisting that they meet Nadiem Makarim, co-founder and then-CEO, demanding for transparency in the incentive scheme. Drivers felt it was unfair that their pay was slashed for an inventory deposit they were not aware of such as the Gojek driver jacket that was initially lent to them on a rental mechanism but was eventually being billed to them.[131]
Since its inception, Gojek has seen a number of large-scale demonstrations by its drivers. In June 2021, just a few days before the official merger of Gojek and Tokopedia, Gojek drivers announced that they were going on a three-day strike due to a change in GoKilat's (Gojek's courier service vertical) incentive scheme, resulting in significantly reduced tariff for the drivers.[132] As part of the resistance, the drivers planned not to accept any GoKilat orders in Greater Jakarta and Bandung.[133][134] A protest happened again in August 2024, the drivers in their demonstration demanded humane working conditions, decent wages, and recognition of legal status. They demanded the government and online transportation companies legalize the status of the driver profession in the law. In addition, they also demanded that the application company lower the cut of their earnings. They went on strike on 29 August by making their services unavailable the whole day, and stormed Gojek, Grab, and the Ministry of Communication and Information offices. Gojek responded by ensuring that the public can still use their application services despite the demonstration by drivers on Thursday. It is also open to listening to the aspirations of the company's partners. However, Gojek did not provide an explanation regarding the income formula for the drivers.[135][136]
Potensi usaha bengkel Milling Indonesia masih sangat luas. Mengapa tidak? Mulai dari proyek infrastruktur pemerintah hingga kalangan industri lokal dan inernasional membutuhkan subkontraktor handal berkualitas Takumi. Namun, ada banyak sekali ragam merek mesin industri dipasaran Indonesia. Dari mesin semi-auto 3-sumbu ke mesin machining centers yang sudah multi axis lebih dari 5 sumbu. Pasti ada mesin milling dan mesin bubut untuk pekerjaan apa pun yang ingin Anda capai, dan puluhan produsen membuatnya.
Namun, setiap unit mesin milling belum tentu memilki komponen dan penamaan part yang sama, terkadang yang bermerek sama pun belum tentu cocok. Teknologi mesin milling sedunia amat berbeda dari mesin bubut yang sudah sangat teratur standardnya. Mesin bubut sedunia sudah diwajibkan untuk tunduk pada standar ISO, sehingga mata pisau maupun part yang mirip walaupun berbeda merek tetap bisa cocok berdimensi yang nyaris sama.
Meskipun dengan semua variasi merek dan mekanisme ini seringkali kalangan end user merasa sulit untuk membidik mesin yang tepat terutama jika dipaksakan harus mengikuti budget yang tipis. Jadi untuk membuat hidup Anda sedikit lebih mudah, berikut adalah 4 merek mesin milling CNC terbaik menurut pengalaman kami di metalextra.com:
Mazak JEPANG SINGAPORE
Anda tidak akan pernah salah dengan membeli mesin apapun bermerek Mazak. Dengan sejarah perusahaan yamazaki yang terbentang hampir seratus tahun, dan digunakan dalam industri pembuatan komponen dari aerospace luar angkasa hingga pertanian, Mazak merupakan salah satu produsen terkemuka dari setiap jenis mesin yang mereka hasilkan, termasuk berbagai macam Mesin milling, maupun bubut CNC, hingga mesin Machinig Center 5-Axis mereka secara khusus.
Perusahaan Mazak ini juga dikenal karena menciptakan mesin sistem automation multi-tasking kelas dunia, yang dapat menangani putaran cepat, operasional turning bubut, boring dan banyak lagi, semuanya dalam satu mesin. Jelas, mesin seperti Mazak itu tidak murah, dan juga tidak ada mesin merek lain yang sekomplet mereka. Jika anda ingin mencari part alternatif pun ada banyak produsen lain yang menggunakan lisensi Mazak dari control panel hingga aksesoris vise, jaw, clamping dan lainnya.
Andapun bisa membeli mesin Mazak bekas yang akan menghemat budget dan beberapa jenis part juga tersedia dalam harga mereka yang masuk akal. Jika anda mencari kontroller barunya pun ada banyak pilihan hemat dari merek ternama seperti Mazatrol dan FANUC hingga alternatif yang lebih murah dan kompatibel. Namun, jika Anda memiliki anggaran, mesin buatan Mazak akan selalu memberikan hasil yang memuaskan. Kami juga stockist part Mazak dan Mazatrol loh!
Mori Seiki atau DMG mori JEPANG EROPA TIMUR
Merek ini merupakan hasil merger dari Mori Seiki dan pabrikan mesin Jerman DMG. Namun, Mori Seiki lah yang membeli DMG. Pabrikan Jepang ini juga disenangi oleh banyak operator di Asia karena desain mesin milling hingga bubutnya yang kecil kompak dan spesialis 5-sumbu.
DMG Mori, sering dikenal dengan nama aslinya Mori Seiki juga banyak dijual oleh pedagang mesin bekas. Dengan lokasi kantor salesnya di enam benua, hotline layanan 24/7, dan gudang yang penuh dengan suku cadang, DMG MORI SEIKI merupakan salah satu perusahaan terbaik di dunia permesinan CNC. Tetapi jangan berpikir nama baik mereka sepenuhnya bergantung pada layanan pelanggan; mereka juga memproduksi beberapa sistem integrasi automation CNC terbaik di dunia.
Mesin milling DMG Mori Seri CMX memang secara khusus dikenal untuk sangat presisi dengan kemudahan control panel yang sudah full colour touch screen sehingga mudah penggunaannya. Bagi ahli mesin yang sering mengejar target atau butuh mesin serba bisa, DMG MORI SEIKI juga sangat bisa diandalkan karena pengiriman 24 jam yang dijamin pada semua suku cadang nya. Hal ini terutama yang membuat mesin Mori Seiki bekas adalah investasi yang sangat bagus.
Kami teramat sering melihat keberadaan mesin bubut Okuma ini baik di Batam, Singapore, Johor, Medan, Cikarang, Surabaya, Samarinda hingga di Makassar. Okuma memang terkenal sangat rigid dan solid dibandingkan dengan merek apapun. Kami bahkan pernah melihat sendiri mesin Okuma buatan tahun 1960an masih kuat dan kokoh dioperasikan.
Dengan pengalaman lebih dari satu abad dan jaringan distribusi terbesar di dunia, aman untuk mengatakan bahwa Okuma adalah salah satu pemain terbesar di industri mesin. Khususnya, karena mereka merupakan perusahaan satu-satunya penyedia sumber tunggal industri, dengan mesin CNC, drive, motor, encoders, spindle dan kontrol CNC semua diproduksi sendiri oleh Okuma di workshopnya.
Boleh diakui; Okuma selalu terbaik dan menjadi innovator mesin bubut dan tetap berada di ujung tombak teknologi apa pun yang mereka kembangkan, termasuk mesin penggilingan dan terutama mesin bubut serta machining center CNC mereka. Pelanggan dan calon customer anda pun pasti salut jika anda memiliki atau bekerja dengan mengoperasikan mesin Okuma. Namun harga sparepart Okuma juga tidak bisa dikatakan terjangkau. Sebagian besar partners maupun customer kami justru banyak yang mengganti panelnya, menambah maupun membuat sendiri aksesoris meja vise nya sendiri.
Bridgeport Manual Milling USA CINA TAIWAN
Mesin milling manual dan boring serta grinding Bridgeport dikenal luas oleh kalangan teknisi maupun fabrikator Indonesia. Kami sering menyaksikan sendiri keberadaan mesin tua ini dari pinggiran kota Medan hingga bengkel dikawasan industri di Singapura. Karena karakternya yang manual dan murah harga part variasinya, merek Bridgeport sangat sukses sehingga istilah “Bridgeport” sering digunakan untuk merujuk ke mesin penggilingan vertikal apa pun dengan konfigurasi yang sama, apa pun mereknya. Banyak perusahaan lain telah mengkloning formulir tersebut. Saat ini merek Bridgeport masih menghasilkan konfigurasi ini dalam versi kontrol numerik manual dan komputer (CNC), meskipun pusat permesinan yang dilengkapi alat-changer kini sama-sama anggota terkemuka dari lini produk.
Merek Bridgeport memang sekarang sudah dimiliki Hardinge Brothers dengan pusat manufaktur di Shanghai Cina dan Taiwan. Kalau kita lihat dari spek sparepart, komponen aftermarket Bridgeport rata-ata bisa pakai dari merek OEM maupun KW yang banyak bertebaran. Merek ini masih kita anggap cukup sesuai untuk mesin milling manual daripada merek baru asal Cina yang bobotnya lebih ringan dan kurang solid dari sisi desain. Pelanggan kita di Metalextra juga banyak yang memodifikasi mesin milling manualnya menjadi semi-CNC dengan bantuan komponen DRO, NC variasi, dengan motor listrik servo pada meja atau bahkan dengan bor tangan untuk mengatur ketinggian meja.
Bagi kalangan teknisi maupun masinis senior mesin ini mungkin cinta pertama. Mesin penggilingan manual Bridgeport telah tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran selama bertahun-tahun, termasuk (tetapi tidak terbatas pada) kepala C (asli), kepala R (tugas berat kepala C), kepala M, kepala J (dan kecepatan tinggi, 5440 RPM versi), 2J1 1/2 head (1,5 HP Vari-Speed), 2J2 (2HP Vari-speed), dan head Seri II (4HP Vari-speed). Semua head menawarkan kecepatan variabel, yang sebelumnya melalui step pulley (cone pulley) dan yang berikutnya melalui sistem transmisi variabel kontinyu (CVT) atau drive berkecepatan variabel. Ukuran tabel tipikal adalah 9 ″ × 49 ″ (Y dan X, masing-masing) dan 10 ″ × 54 ″. Kemiringan alat berat untuk toolholding termasuk kemiringan Morse (pada model awal) dan lancip R8 (standar yang banyak digunakan yang dibuat Bridgeport) pada sebagian besar model. Baik Morse dan R8 memungkinkan collet dan solid holder; dan bor chuck dapat dipegang oleh salah satu dari yang terakhir. Slide mesin dari jenis pas, dan bantalan putar sebagian besar dari jenis roller dan bola.
Murah meriah itulah definisinya dari merek ini. Kalau secara jujur dilihat dari sisi harga beli baru, para purchasing yang minim pengetahuan machining pasti dengan cepat memilih merek ini. Mesin asal Cina dan Taiwan yang dilabel ulang oleh krisbow ini luar biasa berani menawarkan produk mesin milling. Sering dan banyak sekali kami saksikan digunakan oleh pengusaha dan pengguna cnc pemula. Menurut kami mesin ini lebih baik digunakan sebagai bahan percontohan di lab teknik kampus yang jarang digunakan daripada di bengkel workshop yang sibuk dan ruangan terbatas. Mengapa kami pilih ini diurutan terakhir? Karena nyatanya masih banyak bengkel Milling maupun pengusaha yang berani membeli mesin ini. Tapi semuanya kami kembalikan kepada anda. Menurut kami, Anda tidak akan bisa menemukan mesin milling baru di Indonesia dengan spesifikasi yang sama dan seharga dengan krisbow. Kalau kami sendiri sih cukup merinding ngelihat optimill digunakan, seriusan loh!
Mesin milling memang ada banyak jenis desain dan mereknya. Ada yang manual, semi-auto bahkan sudah full axis machining center. Tentu saja ada lusinan merek dan pabrikan lain yang memproduksi mesin penggilingan milling maupun bubut CNC yang bagus dan presisi, dan Anda harus selalu melakukan riset terhadap model individual yang Anda beli sebelum menyegel kesepakatan.
Biasanya orang Indonesia kalau mau beli mesin juga mikirin harga jual kembalinya. Ya jika Anda menginginkan yang terbaik untuk uang Anda, Anda tidak mungkin salah dengan 4 merek teratas ini. Kalau menurut kita sih, enggak ada salahnya disesuaikan dengan budget, namun menurut kita sih, memilih mesin milling ini mirip seperti membeli mobil, anda ingin Cuan cepat kejar proyek bidding tapi operatornya banyak? atau mengandalkan full automation CNC yang karyawan sedikit tapi lumayan mahal investnya?
Jika Anda berminat untuk membeli alat kerja milling profesional ataupun beragam alat aksesoris machining dan cutting tool dimensi metric lainnya silahkan hubungi kami melalui chat online yang ada di pojok kanan bawah website ini atau melalui email : moc.artxelatemobfsctd@selas Semoga bermanfaat. Wassalam!
Sumber: Tim Kreatif Metalextra.com, Tulisan ini merupakan opini Pribadi di media milik sendiri.
Gojek (ditulis bergaya sebagai goȷek; sebelumnya ditulis GO-JEK) merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2009 di Jakarta oleh Nadiem Makarim.[3][4] Saat ini, Gojek telah tersedia di 50 kota di Indonesia.[1] Hingga bulan Juni 2016, aplikasi Gojek sudah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play pada sistem operasi Android,[5] dan telah tersedia di App Store. Gojek juga mempunyai layanan pembayaran digital yang bernama Gopay. Selain di Indonesia, layanan Gojek kini telah tersedia di Vietnam dan Singapura.
Pada 17 Mei 2021, Tokopedia dan Gojek mengumumkan resmi merger dan membentuk Grup GoTo.[6] Nama GoTo sendiri berasal dari singkatan Gojek dan Tokopedia dan juga berasal dari kata gotong-royong.[7]
Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School. Ide mendirikan Gojek muncul dari pengalaman pribadi Nadiem Makarim menggunakan transportasi ojek hampir setiap hari ke tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta.[8] Saat itu, Nadiem masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku.[9]
Sebagai seseorang yang sering menggunakan transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal menunggu penumpang. Padahal, pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan lebih banyak bila terus mencari penumpang. Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini tidak sebanyak transportasi lainnya sehingga sering kali cukup sulit untuk dicari. Ia menginginkan ojek yang bisa ada setiap saat dibutuhkan. Dari pengalamannya tersebut, Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk membuat sebuah layanan yang dapat menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.[10]
Pada tanggal 5 Oktober 2010, Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada saat itu, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek dengan GoKilat. Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala itu, Nadiem Makarim mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada tanggal 7 Januari 2015, Gojek akhirnya meluncurkan aplikasi berbasis Android dan iOS untuk menggantikan sistem pemesanan menggunakan call center.[11]
Gojek pertama kali mendapatkan kucuran dana dari NSI Ventures pada Juni 2015 dengan besaran dana yang tidak dipublikasikan.[12] Pada Oktober 2015, Gojek kembali mendapatkan kucuran dana.[12] Kali ini dari Sequoia Capital dan DST Global yang juga tidak disebutkan jumlahnya.
Pada Agustus 2016, Gojek secara resmi mengumumkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets dan investor-investor sebelumnya.[13][14] Dengan adanya pendanaan tersebut, Gojek resmi berstatus sebagai unicorn pertama di Indonesia, yaitu startup dengan valuasi lebih dari US$1 miliar. Pada saat itu, valuasi Gojek telah mencapai US$1,3 miliar (sekitar Rp17 triliun).[15]
Pada Januari 2018, Google melalui situs blog resminya mengumumkan bahwa mereka telah memberikan pendanaan untuk Gojek.[16][17] Ini merupakan investasi pertama Google kepada startup di Asia.[18] Kucuran dana tersebut merupakan bagian dari seri pendanaan yang diikuti oleh Tencent, JD, Temasek, dan Meituan-Dianping yang mencapai angka US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun). Dalam pengumumannya, Google tidak merinci besaran jumlah investasinya kepada Gojek namun sebuah sumber dari Reuters menyebutkan totalnya sekitar 100 juta dollar AS (sekitar 1,3 triliun).[18][19]
Tidak lama setelah Google, pada 12 Februari 2018 Astra Internasional yang merupakan salah satu perusahaan otomotif nasional mengumumkan investasinya kepada Gojek senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp2 triliun.[20] Suntikan dana tersebut merupakan investasi terbesar sepanjang sejarah Astra di sektor digital.[21] Pada hari yang sama, Djarum Group melalui PT Global Digital Niaga (GDN) yang merupakan anak usaha perusahaan modal ventura Global Digital Prima (GDP) milik Djarum, juga mengumumkan investasinya kepada Gojek. Dalam pengumuman tersebut. GDN tidak bersedia mengungkapkan berapa dana yang mereka investasikan ke Gojek.[22]
Pada Juni 2020, Facebook dan PayPal turut berpartisipasi memberikan pendanaan untuk Gojek.[23]